Saya tahu jalan yang hendak saya tempuh itu sukar, penuh duri, onak, jalan itu berbatu-batu, berjendul-jendul, licin, belum dirintis dan walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun saya sudah akan patah ditengah jalan, saya akan mati dengan bahagia, sebab jalan itu sudah terbuka …….. (surat Kartini)
Ini bukan perjalanan yang singkat bagi saya, seribu empat ratus kilo bukan ukuran yang pendek, ini touring pertama dan terpanjang saya. Terpilihnya saya sebagai wakil Jepara dan Jateng bukan proses yang instant, walaupun mengikuti proses seleksi, saya masih berasa “ajaib” karena om Irwan (koordinator tim seleksi Jateng) memilih saya sebagai wakil Jawa Tengah (dan walaupun ini merupakan keinginan saya sejak tahun lalu).
Sempat mengalami stress berat, sebelum keberangkatan saya ke Aceh, stress ini beralasan memikirkan bakal teman-teman saya yang para pesepeda hebat, sedang saya ini merasa pesepeda “abal-abal” dan belum berpengalaman, karena denger cerita para peserta Srikandi tahun ini kualitasnya lebih dibanding tahun lalu.
Setelah sehari dimanjakan dengan berjalan-jalan seputaran Aceh, mengunjungi hutan kota, museum Tsunami, pantai lampuu, rumah tjut nyak dien dan diakhiri jamuan makan malam di kantor gubernuran.
Jumat, 5 april 2013 etape pertama ”Srikandi Inspirasi Bagi Negeri” resmi dimulai, dengan dilepas wakil walikota banda aceh, diiringi istri duta besar denmark dan ketua b2w serta teman-teman pesepeda dari aceh, mereka mengiringi sampai kilometer 5. Etape pertama ini Banda Aceh menuju sigli menempuh jarak 110 km kurang lebih, cenderung landai sampai kilometer 50 an, selanjutnya nanjak setinggi 500 mdl, saya benar-benar merindukan turunan, hari pertama dan sudah disuguhi tanjakan itu ”sesuatu”.
Pagi yang cerah di Sigli, etape kedua ini menuju bireun dengan jarak tempuh 105 km, cenderung flat jadi bisa ngebut *ups* ya beberapa kilo kita sempet 30km/jam whaat??? Marshalnya gak bener ini 😀 . Di hari kedua ini ada peristiwa yang tidak kita inginkan, mungkin lalai karena keenakan jalanan yang cenderung flat, pasukan srikandi lengah, sehingga ada yang menabrak batu dijalan, berakibat ’kocar-kacir’ dijalan, beberapa luka, tapi masih bisa ditangani oleh tim medis,syukurlah tidak memerlukan penanganan yang serius.
Etape tiga, Bireun menuju lhoksemauwe dengan jarak tempuh 61 km, jarak tempuh yang pendek, bisa dimanfaatkan pasukan srikandi untuk sedikit beristirahat, setelah 2 hari perjalanan yang panjang dan persiapan untuk etape selanjutnya yang panjang.
Etape ke empat lhoksemauwe menuju Langsa dengan jarak tempuh 165 km, selain jarak yang panjang, kendala lain adalah cuaca yang sangat panas disertai angin. Dikilometer 90 an pasukan srikandi di evakuasi, selain waktu sudah terlalu malam, dan jarak yang masih terlalu panjang serta faktor keamanan yang mengakibatkan kami, pasukan srikandi dievakuasi.
Etape kelima Langsa menuju Pangkalan Brandan, dengan jarak tempuh 85 km kami pasukan srikandi dilepas dikantor bupati langsa. Etape ke enam Pangkalan Brandan menuju Medan dengan jarak tempuh 84 km, oiya pangkalan brandan ini kota kecil, kami pasukan srikandi bertemu dengan pasangan pesepeda dari Inggris, mereka sudah 10 bulan bersepeda, setelah menjelajah Indonesia mereka akan menuju Australia, kereen. Mereka juga mengikuti rombongan kita sampai Medan. Sore hari kita sampai di Medan, disambut Wakil Wali Kota Medan di lapangan merdeka.
Setelah enam hari bersepeda, kami pasukan srikandi diberi off riding, tapi tetap saja kita gowes menuju istana Maemun, ke YPAC, ke museum “RAHMAT” International Wildlife Museum & Gallery dan ke Ace Hardware.
Etape ketujuh dari Medan menuju Pematang Siantar sepanjang 130 km, hari pertama setelah off riding, dan bertambah lagi teman baru, karena beberapa teman ada yang tidak bias mengikuti full touring ini. Jalan cenderung flat sampe kilometer 100, dan mulai menanjak, hingga sampai di Pematang Siantar jam 7 malam.
Etape ke delapan dari Pematang Siantar menuju Parapat dengan jarak temput 48 km, pendek sih, tapi mulai etape ini jalan mulai nanjaaaaaaak, jadi judulnya welcome to the jungle muahahaha *ketawasetan* Walaupun jalan nanjak, tidak berasa karena sepanjang kiri dan kanan jalan banyak pohon besar, jadi ndak berasa panas, namun kita selalu disarankan banyak minum. Kita sangat terpuaskan di akhir etape ini, selain ada turunan, juga pemandangannya … subhanallah … danau toba di depan mata, sungguh ini pengalaman yang tidak bisa terbayar. Dan kejutan lainnya kita dapat bonus jalan-jalan menyebrangi pulau samosir yihaaaa ..
Etape ke Sembilan Parapat ke Tarutung dengan jarak tempuh 110 km, ajaib banget pagi ini selain sarapan nasi goreng di hotel kita juga sarapan TANJAKAN horeeee, jadi etape ini kita nanjak dari 900 mdpl ke 1400 mdpl dapet bocoran dari panitia kalau mereka sudah menyediakan 2 mobil evakuasi, dan itu tidak terpakai, memang hebat euy para Srikandi ini *ketjupketjup*
Etape ke Sepuluh Tarutung ke Sipirok dengan jarak 78 km, perjalanan pagi ini diiringi hujan. Baju kami yang basah oleh hujan, pun kering dijalan. Jalan menuju sipirok ini sungguh-sungguh terjal, jalanan yang berlubang dan nanjak, serta turunan curam yang basah oleh hujan, merupakan tantangan tersendiri buat para Srikandi, dan ini seperti rute terpanjang L Ini jalan lintas Sumatra dan kondisi jalan berlobang-lobang dimana-mana. *prihatin*
Etape ke sebelas Sipirok ke PadangSidempuan dengan jarak 30 km, kata om Taufik yaa ini buat fun bike aja :p jiaaah. Karena jarak yang relatif pendek kita berangkat jam 9 pagi. Sipirok ini berada dipuncak, dingin dan tidak ada sinyal L paraaah paraaaah tapi pemandangannya ajiiiib 😉 Di PadangSidempuan ini ternyata terkenal dengan kota salak, dan ajaibnya salak ini berwarna merah *gak semua sih*
Etape ke dua belas Padang Sidempuan ke Kotanopan dengan jarak 112 km hingga di point pertama para srikandi ‘buas’ menyantap mie rebus dan ini dosa terbesarku, makan mie instant :p Di etape kali ini banyak sekali kejutan-kejutan, yang tiba-tiba di jalan di sambut tarian daerah. Dan ternyata mereka mengikuti kita dibelakang, jadi semangat gowesnya :p
Etape ke tiga belas dari Kotanopan ke lubuksikaping dengan jarak 101 km. Seperti etape-etape sebelumnya, jalanan masih nanjak dan turun, pemandangan hijau dan menyegarkan namun kondisi jalan masih belum bersahabat, sesekali menemui jalanan yang rusak, tapi setelah memasuki propinsi Sumatra Barat jalanan berangsur-angsur membaik J Memasuki kecamatan Rao kita disambut baik oleh pihak pemerintahan setempat, dijamu makan siang, dan sepanjang jalan disambut meriah oleh penduduk setempat, bagi saya ini sambutan yang luar biasa, Sore setelah finish kita dijamu snack sore, dan malamnya dijamu makan malam lagi di Rumah Nagari, tempat tinggal walikota, kita bersenang-senang malam ini, bernyanyi dan berjoget melupakan sejenak tanjakan untuk etape esok hari :p
Etape ke empat belas Lubuk Sikaping menuju Bukit Tinggi dengan jarak 70 km, setelah dilepas oleh walikota kita melanjutkan perjalanan, banyak sambutan disepanjang jalan, anak-anak sekolah dan masyarakat memberikan lambaian tangan. Parahnya itu, anak-anak sd melambaikan tangan pas ditanjakan *pasangmukasenyum* Kita melewati batas khatulistiwa, mampir di museum Imam Bonjol, selain itu kita juga ikut menanam pohon, dan pohonnya diberi nama masing-masing srikandi, jadi berapa tahun lagi kita panen ya 😉 Pada etape ini saya sempet jatuh, tapi no pain no gain lah, gak asyik kalo perjalanan kita lempeng-lempeng aja *halah* Sampai Bukit Tinggi kita dibawa ke Lobang jepang, lalu menuju jam gadang, icon kota Bukit Tinggi.
Etape ke lima belas dari Bukit Tinggi ke Padang jarak tempuh 90 km, setelah dilepas oleh ketua DPRD (sebelumnya dijamu sarapan, lengkap dan enak pak hehe) kali ini perjalanan ditemani oleh dubes Norwegia dan istri. Kita sempat mampir di Pesantren putri, Perguruan Diniyah, pondok putri pertama di Padang Panjang. Etape ini banyak point-point, kita ‘ditraktir’ sate padang, berhenti di air terjun Lembah Anai, dan kebahagiaan tersendiri itu ketika memasuki kota Padang. Bersyukur ketika memasuki rumah dinas Gubernur Sumatra Barat, kami berpelukan, akhirnya selesai juga tanjakan itu. Ini sebuah perjalanan yang berharga sekali buat saya, pengalaman yang tidak bisa terbeli oleh apapun 🙂